Kepercayaan Bali

religious ceremony, temple, tanah lot-7457336.jpg

Table of Contents

Hinduisme Bali adalah perpaduan antara agama-agama dari India dan tradisi animisme pribumi yang sudah ada di kepulauan Indonesia sebelum kedatangan Islam dan kolonialisme Belanda. Agama ini mengadopsi banyak kepercayaan fundamental Hindu ke dalam seni dan ritual masyarakat Bali. Pada era modern, Kementerian Agama Indonesia secara resmi menyebut Hindu di Bali sebagai Agama Hindu Dharma, tetapi secara tradisional, agama ini dikenal dengan berbagai nama seperti Tirta, Trimurti, Hindus, Agama Tirta, Siwa, Buda, dan Siwa-Buda.

Istilah Tirta dan Trimurti berasal dari Hindu India, dengan Tirtha yang berarti perjalanan spiritual menuju tempat suci dan Trimurti yang merujuk pada tiga aspek utama Tuhan: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Seperti di India, Hinduisme di Bali berkembang dengan fleksibel, menawarkan beragam cara hidup. Agama ini menggabungkan banyak gagasan spiritual dari India, menghargai legenda dan mitologi dari Puranas serta epos Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata, serta mempertahankan tradisi melalui berbagai festival dan adat istiadat yang unik, yang melibatkan pemujaan terhadap hyang (roh leluhur dan roh lokal) serta pengorbanan hewan yang tidak umum dalam Hindu India.

Sang Hyang Widhi Wasa merupakan Tuhan Yang Maha Esa dalam Hinduisme Bali. Acintya merupakan bagian dari tempat suci, kuil rumah, dan upacara yang dihormati dengan Padmasana, yaitu tempat duduk batu yang dihiasi warna-warni.

Kepercayaan dan praktik dalam Agama Hindu Dharma di Bali adalah perpaduan antara tradisi kuno dan tekanan dari kebijakan pemerintah Indonesia, yang hanya mengakui agama monoteistik sesuai dengan ideologi Pancasila. Secara historis, Hindu di Indonesia memiliki banyak dewa dan memberikan kebebasan dalam cara beribadah. Namun, dalam konteks politik dan hukum Indonesia, Hindu Bali dipromosikan sebagai agama monoteistik dengan konsep-konsep yang sesuai dengan ideologi negara.

Buku ajaran agama di sekolah-sekolah Indonesia menyatakan bahwa Hindu memiliki satu Tuhan tertinggi, memiliki kewajiban untuk berdoa tiga kali sehari, serta memiliki ajaran moral yang serupa dengan Islam. Hal ini menimbulkan perdebatan di kalangan akademisi mengenai apakah konsep-konsep yang disahkan oleh pemerintah Indonesia mencerminkan keyakinan dan praktik Hindu Bali sebelum kemerdekaan Indonesia dari Belanda.

Beberapa keyakinan Hindu yang secara resmi diakui oleh Kementerian Agama Indonesia meliputi:

  • Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Hyang Tunggal, atau Sang Hyang Acintya.
  • Keyakinan bahwa semua dewa merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini mirip dengan ajaran Smartisme, yang menyatakan bahwa berbagai dewa dan dewi, seperti Wisnu, Siwa, dan Shakti (Devi), adalah aspek yang berbeda dari Tuhan yang sama. Siwa juga dipuja dalam bentuk lain seperti Batara Guru dan Maharaja Dewa (Mahadeva).

Kitab suci utama dalam Agama Hindu Dharma di Bali adalah Veda dan Upanishad, yang juga menjadi dasar dari Hinduisme India. Sumber ajaran lainnya termasuk Puranas, serta epos Ramayana dan Mahabharata, yang memiliki peran penting dalam budaya Hindu Bali, terutama dalam seni pertunjukan seperti wayang kulit dan tarian tradisional.

Hinduisme Bali juga mengenal empat jalur spiritual, yang disebut Catur Marga:

  1. Bhakti Marga – Jalan pengabdian kepada Tuhan dan dewa-dewi (paling populer di Bali).
  2. Jnana Marga – Jalan pengetahuan dan kebijaksanaan.
  3. Karma Marga – Jalan tindakan dan pekerjaan tanpa pamrih.
  4. Raja Marga – Jalan meditasi dan disiplin spiritual.

Selain itu, Hindu Bali mengakui Catur Purusartha, yaitu empat tujuan hidup manusia:

  1. Dharma – Hidup dalam moralitas dan etika.
  2. Artha – Pencapaian kesejahteraan materi.
  3. Kama – Pencarian cinta dan kebahagiaan duniawi.
  4. Moksha – Pembebasan spiritual dan penyatuan dengan Tuhan.

Share Buton :

×