Sejarah Hindu di Indonesia

traditional, culture, bali-2238582.jpg

Table of Contents

Sejarah Agama Hindu di Indonesia

Sejarah agama Hindu di Indonesia tentu berkaitan erat dengan perkembangannya di India. Agama ini tidak masuk ke Indonesia melalui peperangan atau invasi militer, melainkan melalui hubungan dagang. Meskipun demikian, terdapat pengaruh khas yang membedakan agama Hindu di Indonesia dengan bentuk aslinya di India.

Penyebaran agama Hindu di Indonesia diperkirakan dimulai pada awal Masehi, bersamaan dengan agama Buddha, sekitar abad ke-2 hingga ke-4 Masehi. Hal ini terjadi ketika para pedagang India datang ke Sumatra, Jawa, dan Sulawesi, membawa serta agama dan budaya mereka. Hindu dan Buddha yang diperkenalkan oleh para pedagang ini berhasil memengaruhi banyak kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dan Sailendra. Pengaruh Hindu semakin kuat dengan pembangunan candi Hindu terbesar di Indonesia, Prambanan, dan candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, yang dibangun oleh Dinasti Sailendra. Masa kejayaan Hindu terjadi pada abad ke-14 Masehi, ketika Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.

Bukti tertulis dan artefak arkeologis tentang ajaran Hindu di Indonesia ditemukan sejak abad ke-4 Masehi. Meskipun tidak ada kepastian mengenai bagaimana proses penyebaran ajaran budaya dan spiritual dari India berlangsung, berbagai peninggalan menunjukkan pengaruh Hindu yang kuat. Salah satu bukti tertua adalah tujuh Yupa yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur. Yupa ini menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melaksanakan ritual yadnya di tempat suci bernama Vaprakeswara untuk memuja Dewa Siwa.

Selain di Kutai, pengaruh Hindu juga ditemukan di Jawa Barat melalui penemuan tujuh prasasti berbahasa Sanskerta yang menggunakan aksara Pallawa pada abad ke-5 Masehi. Prasasti-prasasti tersebut adalah Ciaruteun, Kebonkopi, Guava, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu, dan Lebak. Prasasti-prasasti ini membuktikan bahwa raja Tarumanagara, Purnawarman, adalah seorang pemuja Trimurti sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.

Selain di Kalimantan Timur dan Jawa Barat, agama Hindu juga menyebar ke Bali, yang kini menjadi pusat utama ajaran Hindu di Indonesia. Bukti pengaruh Hindu di Jawa Tengah ditemukan dalam prasasti Tukmas di lereng Gunung Merbabu, serta candi Arjuna dan Srikandi di Dataran Tinggi Dieng. Sementara itu, di Jawa Timur, pengaruh Hindu terbukti dengan adanya prasasti Dinaya (Dinoyo) dan Candi Badut, yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu tertua di Jawa Timur.

Legenda-legenda Jawa mengacu pada Tarikh Saka, yang dimulai pada tahun 78 Masehi. Kisah-kisah epik Mahabharata telah ditemukan di kepulauan Indonesia sejak abad ke-1 Masehi, dengan versi yang mirip dengan yang ada di India Selatan (sekarang Tamil Nadu dan Andhra Pradesh). Sastra Jawa kuno Tantu Pagelaran dari abad ke-14 Masehi memuat banyak kata Sanskerta, nama dewa Hindu, serta konsep keagamaan Hindu. Berbagai candi Hindu kuno yang ditemukan di Jawa dan bagian barat Indonesia, serta prasasti Canggal dari abad ke-8 Masehi, menunjukkan penyebaran ikonografi Hindu seperti lingga Siwa, Dewi Parvati, Ganesha, Wisnu, Brahma, dan Arjuna pada pertengahan hingga akhir milenium pertama Masehi.

Catatan dari Tiongkok kuno juga menyebutkan keberadaan Hindu di Indonesia. Misalnya, catatan perjalanan Fa Hien pada tahun 414 Masehi menyebutkan adanya dua sekolah Hindu di Jawa. Pada abad ke-8, sumber Tiongkok juga mencatat keberadaan kerajaan Hindu yang diperintah oleh Raja Sanjaya di Holing, yang digambarkan sebagai kerajaan yang sangat kaya dan hidup berdampingan secara damai dengan umat Buddha di bawah Dinasti Sailendra di Jawa Tengah.

Namun, pada sekitar tahun 1400 Masehi, berbagai kerajaan di kepulauan Indonesia mulai mengalami serangan dari pasukan Islam yang berasal dari daerah pesisir. Pada abad ke-15 dan ke-16, para sultan Muslim melancarkan ekspansi ke berbagai kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara, masing-masing berusaha menguasai wilayahnya. Empat kesultanan Islam besar muncul di Sumatra bagian utara (Aceh), Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat dan tengah, serta Kalimantan bagian selatan. Kekerasan dan peperangan ini mengakhiri banyak kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Sebagian umat Hindu dan Buddha yang tersisa berpindah ke daerah-daerah yang lebih aman, terutama ke Bali, sehingga melahirkan Hinduisme Bali.

Saat konflik agama dan perang antarsultan terjadi, kolonialisme Eropa mulai masuk ke Nusantara. Belanda kemudian menguasai kepulauan Indonesia dan berusaha menjaga stabilitas antaragama. Pemerintah kolonial Belanda juga mulai menggali, memahami, dan melestarikan warisan budaya Hindu-Buddha di Indonesia, terutama di Jawa dan daerah barat kepulauan.

Setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945, Pasal 29 UUD 1945 menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warga negara Indonesia. Namun, pada tahun 1952, menurut sejarawan Michel Picard, Kementerian Agama Indonesia berada di bawah pengaruh kelompok Islamis yang membatasi definisi agama yang diakui. Untuk diakui sebagai agama resmi, suatu kepercayaan harus memenuhi syarat sebagai agama monoteistik, memiliki kitab suci, nabi, dan hukum agama. Akibatnya, agama Hindu di Bali sempat dianggap sebagai kepercayaan yang tidak resmi.

Masyarakat Hindu Bali kemudian menyesuaikan ajarannya agar sesuai dengan definisi agama menurut pemerintah Indonesia. Mereka menegaskan bahwa Hinduisme mereka monoteistik dan mengajukan petisi kepada pemerintah pada tahun 1958 untuk mengakui Hindu sebagai agama resmi. Dalam petisi tersebut, mereka mengutip mantra Sanskerta:

“Ekam eva advitiyam”

Yang berarti:
“Om adalah inti dari keabadian, tak terbatas dan utama.”

Petisi ini menekankan konsep “Tuhan Yang Maha Esa” agar sesuai dengan ideologi Pancasila. Mereka mengidentifikasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhan yang tidak terbagi. Dalam bahasa Bali, istilah ini memiliki dua makna: penguasa ilahi alam semesta dan hukum kosmik absolut. Makna ini memungkinkan Hindu Bali untuk tetap sesuai dengan ajaran Veda, sambil tetap memenuhi kriteria monoteistik yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Dengan perjuangan tersebut, akhirnya agama Hindu diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Bali tetap menjadi pusat utama Hinduisme di Indonesia, dan hingga kini, masyarakat Hindu Bali masih menjalankan ajaran dan ritual mereka dengan kuat.

Share Buton :

×